Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci tercatat mengalokasikan dana yang sangat besar pada APBD 2025 untuk rehabilitasi beberapa unit puskesmas. Dari 3 Puskemas yang mulai ditenderkan, total anggaran yang digelontorkan mencapai hampir Rp 14 miliar.
Ini sebuah angka jumbo dalam belanja fisik bidang kesehatan. Saat ini, proyek tersebut dikabarkan telah memasuki tahapan penerbitan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) — sebuah fase krusial yang menentukan siapa kontraktor pelaksana.
Informasi yang dihimpun redaksi menyebutkan bahwa ketiga proyek tersebut sudah melewati proses evaluasi administrasi, teknis, dan harga.
Tahapan saat ini adalah penerbitan SPPBJ, dokumen formal yang menandai bahwa proses lelang telah memilih penyedia barang/jasa yang akan dikontrak. Siapa saja pemenangnya?
Nama Proyek | Pagu/HPS | Nama Pemenang | Harga Negosiasi |
---|---|---|---|
Rehab Sedang Puskesmas Depati VII | Rp 2.900.000.000 | CV. Ikhwan Putra | Rp 2.881.692.942,22 |
Rehab Berat Puskesmas Sanggaran | Rp 8.132.000.000 | CV. Putra Sigegar Bumi | Rp 8.107.921.259,52 |
Rehab Sedang Puskesmas Tamiai | Rp 2.900.000.000 | CV. Zifran Nugraha | Rp 2.878.944.524,11 |
Penetapan ketiga kontraktor itu disahkan melalui proses tender terbuka dengan metode pascakualifikasi satu file – sistem gugur. Penawaran yang mereka ajukan dinyatakan sah dan memenuhi persyaratan evaluasi.
Namun, nilai penawaran yang sangat tipis dari HPS memunculkan dugaan tentang pola efisiensi yang berulang, yang kerap kali dalam praktiknya berujung pada pelaksanaan proyek yang asal jadi.
Secara teknis, setiap proyek memiliki tantangan fisik, pengawasan mutu, serta kebutuhan alat dan tenaga kerja yang tidak sedikit. Lalu muncul pertanyaan yang sangat relevan:
Apakah ketiga CV ini—dengan lokasi, jaringan, dan kapasitasnya—mampu menuntaskan proyek dalam waktu bersamaan?
Apalagi bila salah satu atau lebih dari CV tersebut juga sedang mengerjakan proyek lain di luar data ini. Maka muncul risiko duplikasi tenaga kerja inti, overload alat berat, bahkan penyusunan dokumen SKP dan personil yang manipulatif hanya demi mengejar poin administrasi.
Puskesmas adalah ujung tombak layanan kesehatan dasar masyarakat. Gagalnya kualitas pembangunan akan berdampak langsung pada layanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan darurat, hingga program imunisasi di pedesaan.(*)
Comments
Gedung Puskesmas lho..bukan pos hansip. Wajar nilai proyek terse
Ciri2 berita jurnalis yg baik adalah cover both side. Berita ttg Puskesmas ini pembaca bisa nilai sendiri ya...
Add new comment