RSUD Sultan Thaha Tebo Dikepung Isu Tender Tanpa Kompetisi

WIB
IST

Di tengah semangat membangun infrastruktur kesehatan modern di RSUD Sultan Thaha Saifuddin Tebo, justru muncul kekhawatiran cacatnya proses tender? Dua proyek bernilai miliaran rupiah ini seolah hanya formalitas, menang tanpa perlawanan.

Proyek Cathlab: 16 Pendaftar, 1 Penawar

  • Nama Tender: Pembangunan Ruangan Cathlab
  • Pagu: Rp 2.036.000.000
  • HPS: Rp 2.035.994.965,59
  • Pemenang: CV Mulia Waskita
  • Penawaran: Rp 2.030.978.944,62
  • Negosiasi: Rp 2.030.823.544,66

Faktanya menunjukkan, dari 16 kontraktor yang mendaftar, hanya CV Mulia Waskita yang memasukkan penawaran. Tak ada tanding, tak ada kompetisi. Pemenang otomatis.

Proyek ICU/IGD/NICU: Harga Terendah Digugurkan, CV Lama Lolos

  • Nama Tender: Bangunan ICU/ICCU/IGD/CMU/NICU
  • Pagu: Rp 3.600.765.300
  • HPS: Rp 3.600.670.232,33
  • Pemenang: CV Sumber Artha Bumi Swarna
  • Penawaran: Rp 3.570.417.958,65
  • Peserta Kedua: Neis Nusantara (Rp 3.419.908.598,19) → Digugurkan

Peserta dengan harga lebih murah justru gugur karena tidak menyertakan surat dukungan distributor gas medis. Padahal, tak jelas apakah surat tersebut wajib mutlak atau bisa dilengkapi saat klarifikasi.

CV Mulia Waskita menang tanpa lawan, meskipun banyak pendaftar. Sementara CV Sumber Artha menang karena pesaing utamanya digugurkan atas alasan administratif. Penawaran CV Neis lebih murah hampir Rp 150 juta namun dieliminasi karena satu dokumen pendukung.

“Surat dukungan distributor bisa dikejar saat klarifikasi. Kalau digugurkan langsung, ini patut diduga terlalu kaku atau disengaja,” ujar seorang mantan anggota Pokja di lingkup Pemprov Jambi.

Meski tercatat lebih dari belasan kontraktor mendaftar, namun saat masa penawaran, hanya satu perusahaan yang benar-benar memasukkan penawaran harga.

Fakta ini langsung memantik kecurigaan publik.

“Ini pola klasik. Daftar banyak, tapi di akhir hanya satu yang isi harga. Persis pertandingan bola tanpa lawan,” ujarnya.

Lebih mencurigakan lagi, penawaran dari perusahaan pemenang hanya selisih sekitar Rp 5 juta dari HPS alias Harga Perkiraan Sendiri. Dalam proyek senilai dua miliar, selisih itu terhitung sangat kecil – hanya 0,25 persen.

"Kalau tidak ada kompetitor, tentu tidak ada tekanan untuk menawar rendah. Tapi ini bisa juga mengindikasikan bahwa tender itu ‘didinginkan’, dibuat seolah-olah kompetitif padahal tidak," tambah sumber tersebut.

Tender ini juga menggunakan metode Harga Terendah Sistem Gugur – sistem yang mestinya menjamin efisiensi dan kualitas. Tapi justru sering disalahgunakan.

Sistem ini membuat penawaran termurah langsung menang, asal dokumen lengkap. Masalahnya, dalam banyak kasus, verifikasi dokumen kerap longgar, dan penyedia yang sebenarnya tak layak bisa lolos hanya karena tak ada kompetitor serius.

“Pokja jadi punya kuasa besar. Kalau semua gugur, tinggal satu, ya dia yang menang. Padahal bisa jadi peserta lain cuma ikut formalitas,” kata LPI Tipikor, Aidil.

Keanehan lain muncul setelah pengumuman pemenang. Tidak ada satu pun sanggahan yang tercatat. Tidak juga ada klarifikasi terbuka dari Pokja yang biasanya muncul jika ada polemik atau protes peserta.

"Sunyi. Seperti tender ini berlangsung di ruang kedap suara. Tidak ada transparansi. Tidak ada keberatan. Padahal jelas ada yang tidak normal," ujarnya.

Kondisi seperti ini bukan sekali dua terjadi. Beberapa tender sebelumnya juga menunjukkan pola serupa: ramai daftar, sepi penawaran, harga nyaris sama dengan HPS, dan berujung pada penetapan pemenang tunggal tanpa suara sumbang.

Aktivis anggaran dan pegiat keterbukaan informasi menilai ini bisa jadi bagian dari skema persekongkolan horizontal – istilah halus untuk praktik pengondisian tender.

“Kalau sudah seperti ini, layak diaudit. Baik proses maupun orang-orang di baliknya,” ujarnya.

Publik mulai mendesak agar seluruh proses tender RSUD Sultan Thaha Saifuddin Tebo diaudit terbuka. Baik oleh Inspektorat, APIP, maupun Ombudsman, untuk memastikan tidak ada pengondisian proyek atau permainan Pokja di balik layar.

“Kami minta tender ini dibuka ulang. Kalau tetap lanjut, patut diduga sistem hanya jadi alat pembenar, bukan penyeleksi terbaik,” tegasnya.(*)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.