Thamrin Bachri dan Lagu Keroncong Jepang

WIB
IST

Saya tak tahu siapa yang pertama kali mengajaknya menyanyi malam itu. Tapi, tiba-tiba saja ia berdiri. Ia raih mikrofon. Dan yang keluar dari mulutnya adalah lagu keroncong. Dalam bahasa Jepang.

Kami yang duduk terpaku. Perlahan tertawa kecil. Terkejut. Sekaligus bahagia.

Malam itu, Selasa 5 Agustus 2025. Kami, sahabat-sahabat Tenaga Ahli Gubernur (TAG) Jambi, berkumpul merayakan ulang tahun Bang Thamrin ke-76. Di The View, lantai atas Swiss-Belhotel Jambi. Ada Prof Mukhtar Latif. Prof Sukendro. Prof Suandi. Arpani M.Si. Mas Bayu. Yulfi Alfikri, M.A.P. Dr Fahmi Rasyid. Dan tentu saja, keluarganya.

Kami makan malam. Tapi sebenarnya kami sedang menikmati nostalgia.

Di antara suapan dan gelak kecil, terbuka potongan sejarah yang tak semua orang tahu. Bang Thamrin adalah sulung dari sembilan bersaudara. Adik bungsunya menikah dengan Hazrin Nurdin. Tokoh besar dan konglomerat Jambi yang namanya sering disebut dalam bisnis-bisnis penting. Dan yang lebih mengejutkan, Bang Thamrin semasa kecil adalah teman sepermainan Zulkifli Nurdin, mantan Gubernur Jambi.

Dulu mereka sama-sama bocah. Mungkin sama-sama main kelereng. Tapi takdir menempatkan mereka di dua podium yang berbeda. Satu di birokrasi pusat, satu di politik daerah.

Nama Thamrin Bachri mungkin tak seheboh branding Wonderful Indonesia. Tapi, justru di balik branding itulah dia berdiri. Ia salah satu perancang awal promosi wisata modern Indonesia. Ia seorang birokrat yang tumbuh subur setelah tak lagi punya ruangan di kementerian.

Ia lulusan University of Wisconsin-Stout, AS, jurusan Hospitality and Tourism. Gelar masternya didapat tahun 1990. Saat mayoritas pejabat kita bahkan belum membayangkan pentingnya tourism marketing.

Ia membaca buku tentang pariwisata berkelanjutan. Jauh sebelum kata sustainability dijadikan dekorasi dalam PowerPoint para pejabat hari ini.

Kariernya mulai menanjak sejak 1980-an. Menjadi Dirjen Pemasaran Pariwisata di era Menteri I Gede Ardika dan Jero Wacik. Dan mulai dikenal publik saat jadi ujung tombak pemulihan pariwisata pasca rentetan tragedi nasional. Bom Bali 2002 dan 2005, SARS 2003, flu burung, hingga teror Marriott 2009.

Saat dunia pariwisata dikecam slogan horor "If you fly, you die", Bang Thamrin justru duduk tenang. Ia tak menyulut harapan palsu. Justru menurunkan target kunjungan wisatawan mancanegara agar selaras dengan kenyataan.

Ia belajar menjadi realistis. Sekaligus tetap idealis.

Puncaknya, Visit Indonesia Year 2008. Tahun ambisius itu, Bang Thamrin memimpin langsung promosi besar-besaran. Menggagas 100 event internasional. Membawa delegasi ke FITUR Madrid. Memperkenalkan spa Bali, batik, dan tarian Nusantara ke hadapan wisatawan dunia.

Tapi... yang tak terlihat adalah detail kecil yang dia urus sendiri. Ia bukan hanya bicara “angka kunjungan”. Ia memikirkan ekosistemnya. Broadband untuk kota wisata. Pos imigrasi tambahan di bandara. Pelonggaran visa. Semua dibungkus dalam satu narasi, “Indonesia itu bukan cuma indah, tapi juga siap menyambut.”

Banyak yang kemudian lupa. Tapi slogan “Wonderful Indonesia” yang muncul 2011 adalah kelanjutan dari blueprint yang ia tanam jauh sebelumnya.

Lalu ia pensiun. Sebenarnya, ia tak pernah benar-benar pensiun.

Ia menjadi dosen. Menjadi juri. Menjadi pembicara webinar. Menjadi konsultan. Bahkan aktif menulis. Di media nasional. Di media lokal Jambi. Di mana saja yang bersedia menampung pemikirannya.

Ia pernah menjabat Ketua Dewan Juri Anugerah Adikarya Wisata DKI Jakarta. Memimpin seleksi ratusan pelaku wisata. Datang ke lokasi. Menilai sendiri. Mungkin itu juri paling senior yang turun langsung melihat kolam renang hotel dan menghitung jumlah lifeguard.

Di Universitas Jambi, ia hadir sebagai dosen tamu. Membawakan kuliah umum bertema pariwisata berkelanjutan. Mahasiswa terdiam. Bukan karena takut, tapi karena terpukau. Tak semua hari mereka bisa belajar langsung dari orang yang pernah mengurusi visa on arrival.

Kini, di usianya yang ke-76, Thamrin masih duduk dalam lingkaran kecil Tim Tenaga Ahli Gubernur Jambi. Bersama kami. Bersama harapan bahwa Jambi bisa menjemput mimpinya sebagai destinasi baru Sumatera.

Ia yang dulu membuat Jakarta International Tourism Expo, sekarang ikut memetakan potensi geopark Merangin. Ia yang dulu bicara ke wartawan CNN Travel, sekarang berbagi gagasan di grup WhatsApp tim pariwisata Jambi.

Ia bukan tipe orang yang hanya mau kerja kalau ada proyek. Ia tetap berpikir. Meski tak ada anggaran. Ia tetap datang rapat. Meski tahu belum ada eksekusi.

Karena menurutnya, pariwisata tak boleh tergantung pada siapa yang menjabat. Tapi harus hidup dalam semangat masyarakat.

Saya tak tahu apakah ada bandara atau jalan yang akan dinamai Thamrin Bachri. Yang saya tahu, ide-idenya sudah hidup di banyak peraturan. Di banyak kepala. Dan di banyak generasi baru yang sekarang mulai menyebut “responsible tourism” sebagai hal biasa.

Padahal dulu, itu terdengar seperti kalimat yang aneh.

Malam itu, ketika suara keroncong Jepang itu menggema pelan di restoran hotel, saya membayangkan, beginilah cara orang hebat merayakan usianya. Tanpa gemuruh. Tanpa puja-puji. Tapi dengan lagu. Dengan cerita masa kecil. Dengan, istri, anak dan sahabat-sahabat yang masih setia datang.

Saya pernah duduk di kelasnya. Saat kuliah S2 MM Unja. Usianya sudah tak muda. Tapi pemahamannya soal teori, tajamnya analisa, dan jernihnya logika, membuat kami para mahasiswa muda justru merasa paling tua.

Beberapa tahun kemudian, kami duduk di meja yang sama. Bukan lagi sebagai dosen dan mahasiswa. Tapi sebagai rekan satu profesi.

Dan hari ini, di usia ke-76, Bang Thamrin masih lebih muda dari sebagian dari kami. Muda dalam berpikir, dalam semangat, dalam cinta pada negeri.

Selamat ulang tahun, Bang Thamrin.

Usia boleh menua. Tapi integritas seperti ini, tak pernah uzur.(*)

*Awin Sutan Mudo

Comments

Permalink

Bertambahnya Usia menjadikan lebih mantap berwibawa dan menyinarkan kharisma bagi generasi muda sbg teladan bahwa HIDUP ADALAH PERJOANGAN OLEH DIRI SENDIRI. PAK THAMRIN, SALAM SEHAT, MELANGKAH TERUS KEMBANGKAN KEPARIWISATAAN DI IBU KOTA BARU . WASSALAM SAMPAI JUMPA

Permalink

Alhamdulillah, bertambah pengetahuan saya mengenai jasa2 dan keberhasilan bapak dalam memajukan pariwisata Indonesia dan sekarang ini Jambi sebagai tanah kelahiran tak luput dari sentuhan ilmu kepariwisataan yang bapak kuasai untuk lebih dikenal bukan saja didalam negeri tapi juga ke mancanegara. Semoga upaya ini membawa hasil.

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

Seru

IST 2 weeks ago | 0 komen
Gandum Pertama dari Lereng Kerinci
IST 1 week ago | 0 komen
Al Haris dan 21 Detik Itu

BeritaSatu Network