Tender mega proyek pembangunan tanggul dan jaringan irigasi D.I. Batang Asai akhirnya menemukan pemenangnya, PT Runggu Prima Jaya, perusahaan berbasis di Jakarta Timur. Proyek yang sempat gagal lelang ini bernilai Rp 57 miliar dan bersumber dari APBN 2025.
Setelah evaluasi ulang akibat semua peserta dinyatakan gagal pada tender pertama, proyek strategis milik SNVT Jaringan Pemanfaatan Air Sumatera VI BWSS VI, Kementerian PUPR ini kembali dilelang. Prosesnya tanpa reverse auction, menggunakan sistem harga terendah gugur.
Hasilnya? PT Runggu Prima Jaya berhasil menang dengan penawaran Rp 45,59 miliar, lebih rendah dari pagu Rp 57 miliar dan HPS Rp 56,99 miliar. Proyek ini terletak di Desa Kampung Tujuh dan Desa Pemuncak, Kecamatan Cermin Nan Gedang, Kabupaten Sarolangun.
Letak proyek ini bisa dibilang “ujung dunia”. Dari Kota Jambi, harus menempuh jalan darat sepanjang 240 km. Dari ibu kota kabupaten, jaraknya 45 km. Tapi nilai kontraknya bukan main, Rp 57 miliar. Untuk sebuah lokasi yang jauh dari sorotan, proyek ini justru menjadi perhatian nasional karena gagal lelang di tahap awal.
Paket ini mencakup pembangunan:
- Tanggul penutup
- Perkuatan tebing hilir bendung
- Dermaga
- Daerah genangan
- Bangunan dan saluran
- Penerapan sistem manajemen keselamatan konstruksi (SMKK)
Tender ini diikuti 110 peserta, tapi hanya satu yang akhirnya menang. Syaratnya berat, perusahaan harus berkualifikasi besar, punya SBU sesuai, sertifikat mutu, lingkungan, dan K3. Semua sesuai dokumen pemilihan yang ketat.
Mengapa tender sebesar ini sempat gagal? Dan mengapa akhirnya hanya satu pemenang?
Proyek ini adalah bagian dari penataan sistem irigasi dan pemanfaatan air nasional. Tapi di tengah semangat efisiensi anggaran dan pengawasan pembangunan, tender semacam ini patut dicermati lebih dalam. Bukan hanya dari aspek teknis, tapi juga pelaksanaan lapangan. Lokasi yang jauh, nilai tinggi, dan tekanan waktu, adalah resep klasik proyek infrastruktur rawan penyimpangan.
Juga perlu ditanya, bagaimana kelayakan perusahaan pemenang dalam menghadapi kondisi geografis ekstrim di Sarolangun? Siapa subkontraktornya nanti? Apakah warga lokal akan dilibatkan?
Kini, setelah PT Runggu Prima Jaya dinyatakan menang dan masa sanggah nyaris usai, saatnya publik menagih, akankah proyek ini benar-benar membawa manfaat, atau justru hanya menciptakan genangan baru dalam kepercayaan masyarakat?
Add new comment