Langit cerah di atas Kota Jambi seolah memberi restu pada peringatan 50 tahun PDAM Tirta Mayang. Ratusan orang berkumpul dengan penuh antusiasme di halaman kantor PDAM. Suasana riuh oleh canda tawa dan percakapan hangat antar peserta. Mereka tak sabar menantikan serangkaian acara yang telah dipersiapkan panitia. Hari itu, Sabtu, 27 Juli 2024, seharusnya menjadi hari yang istimewa, penuh dengan kebahagiaan dan kenangan indah.
Namun, di balik kebahagiaan tersebut, nasib buruk mengintai. Menjelang siang, sebuah peristiwa memecah keceriaan. Apa yang seharusnya menjadi pesta berubah menjadi tragedi. Puluhan orang termasuk dewasa dan anak-anak, mulai merasakan mual, pusing, dan muntah-muntah.
Mereka mengalami keracunan makanan yang disediakan panitia pelaksana.
"Perutku sakit sekali, ..." seru seorang anak kecil sambil memegangi perutnya. Ayahnya, dengan panik, mencoba mencari bantuan. Di sekelilingnya, banyak peserta lain yang mengalami gejala serupa. Para korban berjatuhan.
Rumah sakit terdekat seperti RS Mitra, DKT, dan Theresia segera dipenuhi pasien yang dilarikan. Beberapa yang lain masih bisa mendapatkan perawatan di rumah masing-masing.
Kabar ini awalnya sempat ditutupi. Namun, sepandainya menyimpan bangkai, baunya pasti tercium juga. Kabar ini bocor ke luar. Segera, para juru warta mencari tahu kebenarannya. Fix. Informasi itu benar adanya.
Sang pahlawan pemburu berita itu, lalu ramai-rami mencoba mengonfirmasi masalah ini ke manajemen Tirta Mayang.
Dwike Riantara, sang direktur PDAM Tirta Mayang, tengah bersiap menghadiri peresmian Pengoperasian IPA Aurduri 4 dan Pengoperasian Kembali IPA Benteng, Selasa 30 Juli kemarin. Ia dicegat wartawan dan langsung diawawancarai masalah itu.
Namun, jawabannya membuat dada nyesek.
"Masalah itu jangan dibesar-besarkan, itu masalah kecil, tidak ada masalah,"ujarnya.

Ucapan Dwike tentu mengejutkan banyak pihak. Seorang pemimpin yang seharusnya bertanggung jawab dan menunjukkan empati, justru menganggap insiden itu sepele. Di bawah terik matahari, para wartawan terdiam sesaat sebelum kembali mengejar penjelasan yang lebih masuk akal dari pejabat publik tersebut.
Makanan yang menyebabkan keracunan ternyata dipesan dari sebuah rumah makan. Namun, tak ada yang tahu pasti apa yang membuat makanan tersebut menjadi beracun. Apakah kesalahan dalam pengolahan atau kontaminasi yang tak terdeteksi?
Semua masih menjadi teka-teki.
Di sisi lain, Rendy, Humas PDAM Tirta Mayang, berusaha meredam situasi.
"Pas jalan santai kejadiannya, kita langsung laporkan ke Dinkes. Sampai saat ini kita masih nunggu hasilnya," kata Rendy.
Namun, ketidakpedulian Dwike dan pernyataan yang seolah menganggap remeh kejadian ini membuat masyarakat geram.
Di kantor Dinas Kesehatan Kota Jambi, Kepala Dinas, Ida Yulianti, mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menerima laporan tentang insiden tersebut. Namun, hasil pemeriksaan masih belum dapat disampaikan.
"Saya belum dapat laporan hasil dari anak buah," katanya.
Kenangan pahit ini bukan yang pertama bagi PDAM Tirta Mayang. Pada tahun 2016, insiden serupa pernah terjadi ketika puluhan pegawai dilarikan ke rumah sakit setelah mengonsumsi mie celor saat acara halal bihalal. Kejadian itu seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi manajemen PDAM. Namun nampaknya belum cukup untuk mencegah terulangnya tragedi.(*)
Sumber : https://wartasiginjai.com/2024/07/30/direktur-pdam-tirta-mayang-dianggap-bermain-dengan-nyawa-peserta-152-keracunan/
Add new comment