“Jangan Jadi Preman Berseragam”: Kapolda Jambi Tegur Keras Anggotanya di Batanghari

WIB
IST

Suasana di Mapolres Batanghari mendadak berubah tegang. Di tengah apel kunjungan kerja, Kapolda Jambi Irjen Pol Krisno Halomoan Siregar menyampaikan arahan tajam—bukan basa-basi, tapi peringatan keras kepada seluruh personel.

“Saya minta jangan ada yang terlibat dalam kegiatan ilegal. Jangan jadi preman berseragam,” tegas Irjen Krisno, Sabtu pagi (10/5/2025), di hadapan seluruh jajaran Polres Batanghari.

Pernyataan itu bukan sekadar teguran, tetapi penegasan prinsip. Dalam tubuh Polri, kata Kapolda, integritas dan profesionalisme adalah harga mati. Dan pelanggaran terhadap prinsip itu, sekecil apa pun, adalah bentuk pengkhianatan terhadap institusi dan masyarakat.

Dalam arahannya, Irjen Krisno secara khusus menyoroti tiga ancaman utama yang mencederai nama baik kepolisian:

  1. Premanisme berbaju aparat,
  2. Penyalahgunaan narkoba,
  3. Pelanggaran hukum dan kode etik oleh anggota sendiri.

“Kami sedang gencar menegakkan hukum. Jangan sampai ada personel yang justru ikut-ikutan. Ini bukan sekadar pelanggaran hukum, ini soal harga diri institusi,” tegasnya.

Ia meminta agar Polres Batanghari menjadi contoh kedisiplinan, bukan bagian dari masalah. Sebab, di mata publik, kesalahan satu orang bisa mencoreng wajah ribuan yang lain.

Namun kunjungan kerja itu tidak melulu soal disiplin. Kapolda juga menyampaikan apresiasi atas kinerja Polres Batanghari dan sambutan hangat yang diterima selama kunjungannya. Ia memuji semangat anggota dan mengajak seluruh jajaran untuk lebih aktif menjawab isu strategis di wilayah hukum Batanghari—mulai dari penegakan hukum, konflik agraria, hingga penguatan sinergi sosial.

Di ujung arahannya, Irjen Krisno menyampaikan pesan yang berbeda nadanya, namun tak kalah penting: pesan untuk keluarga.

“Sayangi keluarga kalian. Karena mereka adalah pendukung utama kalian dalam menjalankan tugas,” ujarnya, dengan suara yang lebih lembut namun sarat makna.

Kunjungan Kapolda ke Batanghari menjadi gambaran dua sisi kepemimpinan: ketegasan dalam etika kelembagaan, dan empati pada sisi kemanusiaan personel. Ia bukan hanya datang membawa perintah, tetapi juga membawa nilai—bahwa polisi bukan alat kekuasaan, tapi pelindung masyarakat yang juga manusia biasa.

Dan dari Batanghari, pesan itu menggaung. “Jangan jadi preman berseragam.”

Sebab hari ini, institusi tak hanya dinilai dari jumlah penangkapan atau kecepatan tangkap tangan—tetapi dari kemurnian niat dan keberanian menjaga marwah seragam.(*)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network