Diskusi Rabuan Tenaga Ahli Gubernur (TAG) Rabu 7 Mei 2025 kali ini menjadi panggung strategis pembahasan salah satu isu paling krusial dalam RPJMD 2025–2029, yakni bagaimana membiayai ambisi besar pembangunan Jambi di tengah keterbatasan fiskal.
Acara ini dimotori Dr Fahmi Rasyid dari Bappeda Provinsi Jambi. Dipandu langsung Dr Arfani, anggota TAG, dan dibuka secara resmi Ketua TAG Syahrasaddin.
Sejumlah nama penting hadir, baik secara fisik maupun daring—di antaranya anggota TAG Dr Thamrin, Prof. Sukendro, Yulfi Alfikri, Dr Agus, Muawwin MM, serta Dr Ridwansyah dan Dr Anton Apriyantono secara daring. Tak ketinggalan, perwakilan dari OPD teknis, Bank Indonesia, Bank Jambi dan Komisi Informasi Provinsi (KIP) turut menyimak.
Sebagai pemantik diskusi: Dr. Agus dari TAG Jambi, dan Sopian Hidayat, perwakilan UNDP Indonesia.
Sopian Hidayat, dalam paparannya membawa perspektif internasional ke dalam ruang lokal. Lewat slide penuh warna dari UNDP-BIOFIN, ia mengurai satu demi satu pendekatan pembiayaan inovatif yang bisa diadopsi Jambi.
“Zakat dan wakaf itu bukan hanya urusan sosial. Di banyak negara, dana zakat sudah digunakan untuk program konservasi hutan, perlindungan mata air, pemberdayaan petani mustahik, bahkan penanganan stunting,” jelasnya.
Sopian mendorong skema pembiayaan seperti:
- Zakat Hijau (Green Zakat)
- Payment for Ecosystem Services (PES)
- Green Sukuk dan Blue Bond
- Blended Finance
- Carbon Credit dan REDD+
“Potensi itu ada di Jambi. Kawasan konservasi, DAS strategis, dan komunitas adat bisa jadi basis pilot project pendanaan hijau,” tambah Sopian.
Dalam paparan berikutnya, Dr Agus menegaskan tantangan utama RPJMD 2025–2029: kesenjangan antara visi ambisius dan kapasitas fiskal riil.
“Target kita jelas: menurunkan kemiskinan hingga 3,6%, menciptakan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6–7%, membangun wilayah strategis seperti SENTUSA dan Ujung Jabung, sekaligus mendorong ekosistem digital dan inovasi. Tapi kita harus jujur: APBD saja tidak cukup. Maka perlu kreativitas,” ujar Agus.
Dari 12 program prioritas yang dirumuskan dalam dokumen perencanaan, sebagian besar memerlukan pembiayaan lintas sumber: kombinasi antara pendapatan daerah, APBN, KPBU, CSR, hingga skema pembiayaan inovatif seperti green bond, zakat untuk SDGs, dan carbon trading.
Dari dua presentasi itu, diskusi berkembang ke satu hal penting: bagaimana mengemas kekuatan Jambi menjadi tawaran menarik bagi investor. Data yang dihimpun dari dua pemateri itu menunjukkan Jambi punya sejumlah aset unggulan:
Kekuatan Strategis | Potensi Investasi |
---|---|
Kawasan Pelabuhan Ujung Jabung | Logistik, industri ekspor, cold storage |
Geopark Merangin dan Danau Kerinci | Ekowisata, green resort, geo-tourism |
Lahan pertanian luas & produktif | Food estate, pabrik pengolahan, agrologistik |
Sumber daya energi baru & terbarukan | Geothermal Merangin, PLTS, bioenergi |
Penduduk muda & terdidik | Vokasi industri, inkubator start-up |
Basis keagamaan dan solidaritas sosial | Islamic Finance, zakat untuk pembangunan |
“Investor sekarang mencari bukan hanya return ekonomi, tapi juga impact. Kita harus siapkan proyek-proyek yang bisa menjawab dua-duanya: untung dan berkelanjutan,” tegas Ketua TAG Syahrasaddin.
Diskusi yang berlangsung selama hampir dua jam itu akhirnya menghasilkan sejumlah kesimpulan strategis:
- Bappeda Provinsi Jambi perlu memetakan gap pendanaan dan potensi sumber pendanaan alternatif.
- Pembentukan tim lintas OPD untuk menyusun peta peluang investasi (Investment Opportunity Map).
- Sinergi dengan BAZNAS, CSR, dan donor internasional untuk proyek sosial dan lingkungan.
- Pilot project zakat hijau dan konservasi hutan di kawasan DAS prioritas (Kerinci, Merangin, Batanghari).
- Penyusunan regulasi pendukung: Pergub Green Finance, Perda Pembiayaan Inovatif Daerah.
Diskusi Rabuan TAG kali ini bukan sekadar forum akademik. Ia menjadi cermin bahwa Jambi sedang berbenah secara serius dalam hal tata kelola, perencanaan fiskal, dan strategi investasi. Tantangannya nyata, keterbatasannya jelas. Namun arah geraknya kini mulai terang.
“Kalau dulu kita hanya berharap dana APBD, sekarang kita dituntut kreatif. Dunia pembiayaan berubah, dan Jambi harus ikut,” tutup Ketua TAG Syahrasaddin.
Add new comment