Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjab Barat) menerima kunjungan kerja Koalisi Pemerintah Kabupaten Penghasil Kelapa (KOPEK) dalam rangka penjajakan pelaksanaan Pra Musyawarah Nasional (Pra Munas) KOPEK. Kegiatan ini berlangsung di Aula Rumah Dinas Bupati dan menjadi momentum strategis untuk memperkuat posisi Tanjab Barat sebagai salah satu daerah produsen kelapa terbesar nasional.
Kedatangan rombongan KOPEK disambut langsung oleh Bupati Tanjab Barat, Drs. H. Anwar Sadat, M.Ag, didampingi Wakil Bupati, sejumlah anggota DPRD, Kepala OPD terkait, para camat, penyuluh pertanian, hingga pelaku usaha kelapa rakyat di wilayah pesisir.
Dalam sambutannya, Bupati Anwar Sadat menyatakan rasa terima kasih atas perhatian KOPEK terhadap potensi kelapa Tanjab Barat. Ia menegaskan bahwa kabupaten yang dipimpinnya saat ini tercatat sebagai penghasil kelapa keempat terbesar di Indonesia, dengan produksi mencapai hampir 260 ton per tahun.
"Kami bangga, karena Tanjab Barat masuk radar nasional KOPEK. Ini menunjukkan bahwa kelapa bukan hanya masa lalu, tetapi punya masa depan cerah jika kita kelola serius," tegas Anwar Sadat.
Ia juga menambahkan bahwa 90 persen lebih kebun kelapa di Tanjab Barat adalah perkebunan rakyat, bukan milik perusahaan atau koperasi besar. Maka, penguatan organisasi petani dan dukungan dari KOPEK sangat dibutuhkan untuk memperkuat daya tawar petani dalam rantai nilai kelapa nasional.
“Kami berharap momentum ini membangkitkan semangat petani untuk mengembangkan kelapa dalam. Sudah saatnya kita bicara hilirisasi, nilai tambah, bukan hanya jual batok mentah,” ujarnya.
Ketua Umum KOPEK, Prof. Dr. Ir. Nelson Pomalingo, M.Pd, dalam keterangannya menyampaikan bahwa kunjungan ini bertujuan untuk memverifikasi langsung kesiapan Tanjab Barat sebagai calon tuan rumah Pra Munas KOPEK 2025.
"Kami tidak hanya ingin melihat angka produksi, tapi juga kesiapan infrastruktur, ekosistem petani, pelaku usaha, dan semangat pemerintah daerah," jelas Nelson.
Menurutnya, Tanjab Barat memiliki nilai strategis karena posisinya sebagai sentra kelapa yang masih didominasi petani mandiri. Artinya, pengembangan sektor kelapa di daerah ini bisa menjadi model pemberdayaan ekonomi kerakyatan berbasis komoditas tropis unggulan.
"Kalau ini kita kelola dengan pendekatan hulu–hilir, bisa menjadi sumber kemakmuran baru bagi masyarakat pesisir, bukan hanya Jambi, tapi juga Indonesia,” tambahnya.
Sejumlah anggota DPRD dan pelaku usaha kelapa yang hadir dalam pertemuan tersebut juga menyatakan dukungan atas rencana penyelenggaraan Pra Munas KOPEK. Mereka menyoroti pentingnya akses pasar, permodalan, dan teknologi pengolahan sebagai tantangan utama yang harus dijawab dalam forum nasional nanti.
"Kami harap Pra Munas nanti juga jadi ajang mendorong program konkret seperti pembentukan koperasi modern, penyuluhan terpadu, hingga akses hilirisasi melalui BUMDes atau UMKM," ujar salah satu pelaku usaha kelapa lokal.
Kunjungan KOPEK ke Tanjung Jabung Barat bukan sekadar seremonial, tetapi membuka peluang strategis untuk menata kembali ekosistem kelapa rakyat. Di tengah krisis harga komoditas dan lemahnya industri hilir, dukungan organisasi seperti KOPEK dan komitmen pemerintah daerah dapat menjadi bahan bakar kebangkitan petani kelapa dari daerah pesisir Jambi.(*)
Add new comment