Di tengah derasnya kritik terhadap sistem Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) tingkat SMP di Kota Jambi, suara dari balik tembok sekolah favorit akhirnya terdengar. Adalah Netty Hasanah, Kepala SMP Negeri 7 Kota Jambi—salah satu sekolah yang menjadi primadona—yang buka suara, menyikapi gelombang keluhan orang tua siswa.
“Kalau cepat-cepat, laju salah cek data, nanti protes lagi. Jadi kalau lambat, bukan disengaja, tapi karena kehati-hatian,” kata Netty saat dikonfirmasi tim Jambi Link, Rabu (25/6/2025).
Netty menegaskan, proses verifikasi yang lambat di SMPN 7 bukan bentuk pengabaian, apalagi main-main. Ia menyebut pihaknya sengaja memperketat proses untuk menghindari kecurangan, terutama pada jalur domisili.
“Kalau orang tua paham 4 jalur SPMB, tidak akan terjadi penumpukan di satu sekolah. Jangan bejubel ke SMP 7 kalau memang tidak sesuai jalur,” ujarnya.
Ia pun mengingatkan agar publik tidak menjadikan SMPN 7 sebagai sekolah idaman semata. Menurutnya, semua sekolah negeri di Kota Jambi punya kualitas yang relatif setara. Tapi, animo orang tua sendiri yang menilai sekolah A atau B bagus.
Netty juga mengingatkan detail teknis yang kerap diabaikan. Ia menegaskan bahwa untuk jalur domisili, nama orang tua di Akta dan KK harus selaras.
“Tidak bisa lagi menggunakan trik lama seperti “nitip KK”.
Untuk jalur prestasi, piagam hanya berlaku akumulasi dalam satu jenis lomba. Tidak boleh campur taekwondo dengan bola kaki,” jelasnya.
Jika tak lolos di satu jalur, bisa langsung cabut berkas melalui aplikasi dan daftar ke sekolah lain yang masih ada kuota.
Untuk jalur afirmasi, lampirkan kartu penunjang seperti KIP, PIP, KIS, PKH, atau BLT.
“Pahami dulu sistemnya. Bukan salah sekolah kalau pendaftar salah jalur,” kata Netty lagi.
Batas akhir pendaftaran adalah 28 Juni 2025 pukul 23.59 WIB. Netty mendorong agar para orang tua tidak menunda-nunda. Karena semakin cepat mendaftar, akan semakin jelas apakah anak mereka terjaring kuota atau harus pindah sekolah tujuan.
Meski penjelasan Netty bisa dipahami, data tetap bicara. Hingga Rabu, 25 Juni 2025, tercatat sekolah Pendaftar Domisili SPMB Status Verifikasi SMPN 7 137 siswa. SMPN 11 228 siswa. Dari data terlihat pergerakan di SMP 7 jauh lambat dibanding SMP 11.
Apa yang disampaikan Netty Hasanah adalah refleksi dari seorang kepala sekolah yang berusaha jujur dan hati-hati di tengah ekspektasi publik yang tinggi. Namun, kejujuran saja tak cukup jika sistem SPMB masih menyimpan banyak jebakan administratif dan tak semua orang tua memiliki literasi digital atau waktu untuk memahami dokumen teknis.
Solusinya bukan hanya menyalahkan publik yang 'tidak paham jalur'. Tapi juga menyederhanakan sistem, memperkuat sosialisasi, dan menyediakan sarana koreksi mandiri.
Dan satu hal yang perlu selalu diingat oleh seluruh panitia SPMB.
Satu klik salah bisa berarti satu masa depan hilang. Maka, bijaklah di setiap keputusan.(*)
Add new comment