JAMBI – Di tengah tuntutan zaman dan percepatan transformasi pendidikan nasional, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), FKIP Universitas Jambi (UNJA) menggelar Workshop Pengembangan Kurikulum Berbasis Outcome-Based Education (OBE) yang diselenggarakan di Auditorium UNIFAC, Kampus Mendalo, Sabtu (20/07/2025).
Kegiatan ini tak sekadar forum akademik biasa. Ia menjelma menjadi ruang kolaboratif antara civitas akademika, guru PPKn se-Provinsi Jambi, dan pemangku kepentingan pendidikan untuk merumuskan paradigma baru pendidikan kewarganegaraan—lebih aplikatif, berakar pada realitas sosial, dan menjawab kebutuhan generasi abad 21.
Sebagai narasumber utama, Prof. Dr. Sapriya, M.Ed., Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang juga tokoh nasional dalam pengembangan kurikulum PPKn, memaparkan pentingnya OBE sebagai pendekatan pendidikan yang berpusat pada capaian nyata lulusan (outcomes).
“Kurikulum OBE dimulai dari pertanyaan mendasar: lulusan seperti apa yang ingin kita hasilkan? Dari situ, kita merancang semua proses pembelajaran secara terbalik, berbasis hasil,” ujar Prof. Sapriya.
Menurutnya, dalam konteks PPKn, OBE bukan sekadar kerangka teknis. Ia adalah sarana strategis untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila, kewarganegaraan aktif, demokrasi substantif, dan tanggung jawab sosial, dalam skema pembelajaran yang terukur dan berdampak.
Koordinator Prodi PPKn UNJA, Priazki Hajri, M.Pd., menyambut kehadiran para guru dari berbagai kabupaten/kota se-Jambi dengan penuh apresiasi. Menurutnya, peran guru di lapangan sangat krusial dalam menyempurnakan rancangan kurikulum agar lebih aplikatif dan relevan.
“Kurikulum tidak boleh hanya lahir dari meja dosen. Ia harus bersentuhan langsung dengan realitas kelas dan kebutuhan peserta didik. Dan guru adalah jembatan terbaik untuk itu,” tegasnya.
Dekan FKIP UNJA, Prof. Dr. Supian Ramli, M.Ag., menegaskan bahwa perubahan kurikulum bukan lagi pilihan, tapi keharusan, terutama di tengah kompleksitas sosial dan perkembangan teknologi.
“Kurikulum yang adaptif adalah fondasi dari pendidikan yang bermakna. Workshop ini adalah bentuk kesadaran kolektif kita untuk menjawab tantangan zaman dengan cerdas,” kata Prof. Supian.
Ia menekankan pentingnya dialog terbuka dan refleksi kritis sebagai bagian dari proses perumusan kurikulum baru yang tidak sekadar kognitif, tapi juga membangun karakter dan kepekaan sosial.
Workshop ini turut dihadiri oleh Ketua Jurusan PIPS Dr. Mayasari, M.Pd., Ketua Pelaksana Tohap Pandapotan Simaremare, M.Pd., serta para dosen Prodi PPKn dan guru-guru PPKn aktif dari berbagai daerah di Jambi.
Seluruh peserta terlibat aktif dalam sesi diskusi kelompok, berbagi tantangan, praktik baik, serta merancang struktur kurikulum baru yang fleksibel namun tetap berpijak pada kerangka capaian pembelajaran nasional.
Sebagai bentuk apresiasi, panitia memberikan cinderamata lacak dan batik khas Jambi kepada Prof. Sapriya. Sebuah simbol penghormatan, sekaligus pengingat bahwa kurikulum yang hidup harus selalu berpijak pada akar budaya lokal dan kebutuhan masyarakat.(*)
Add new comment