MUARATEBO – Suara mesin bajak masih terdengar di kejauhan, tapi waktu terus berdetak. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tebo mengeluarkan peringatan keras: selesaikan tanam padi sebelum pertengahan Mei, atau bersiap hadapi risiko gagal panen.
Ancaman ini bukan sekadar kekhawatiran. Berdasarkan data cuaca dari BMKG dan pengalaman pahit tahun 2024, musim kemarau diperkirakan mulai menggigit mulai Juni 2025. Jika petani terlambat menanam, benih bisa menguning, tanah bisa merekah, dan hasil panen bisa berubah menjadi cerita pilu.
“Target tanam kita untuk April–Mei ini 2.919 hektare. Tapi waktu kita tinggal sedikit. Kalau lewat dari pertengahan Mei, resikonya tinggi,” kata Nanang Suyanto, Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Tebo, Minggu (11/5/2025).
Musim tanam tahun lalu meninggalkan luka: ratusan petani gagal panen akibat tanah kering dan irigasi tak sanggup menyuplai air. Nanang menegaskan, kemarau kali ini diprediksi lebih bersahabat, tapi kelalaian jadwal tanam bisa tetap berakibat fatal.
“Musim ini tak seekstrem sebelumnya, tapi ancaman kekeringan tetap ada. Jangan menunggu sampai sawah berubah jadi tanah retak,” ucapnya.
Sebagai langkah mitigasi, Dinas Pertanian menyiapkan bantuan pompa air portable di sejumlah kecamatan. Tapi pompa bukan solusi utama.
“Kami siapkan peralatan, tapi petani harus aktif mencari sumber air. Pemerintah tak bisa kerja sendiri,” tegas Nanang.
Imbauan ini jadi semacam ultimatum diam-diam. Pemerintah daerah tidak ingin meratapi hasil panen yang menyusut seperti tahun lalu. Lebih dari itu, ini soal ketahanan pangan, soal harga beras, soal perut masyarakat.
“Kita semua tahu, gagal panen berarti guncangan ekonomi rakyat kecil. Kita tak ingin itu terjadi lagi,” tambahnya.
Dinas akan melakukan monitoring intensif dan membuka posko pengaduan serta konsultasi bagi kelompok tani yang kesulitan menanam tepat waktu.(*)
Add new comment