JAMBI – Di antara reruntuhan agung peradaban masa lalu, suara doa kembali bergema. Ribuan umat Buddha dari penjuru Sumatera akan berziarah spiritual ke Candi Kedaton, Muaro Jambi, pada Minggu, 18 Mei 2025, untuk memperingati Hari Raya Waisak 2569 BE/2025.
Namun tahun ini, ada yang berbeda. Lebih dari sekadar ritual keagamaan, Waisak di Jambi menjadi peringatan 1.000 tahun perjalanan pulang Mahaguru Atisha Dipankara Shrijnana—seorang pemuka agama Buddha asal India yang pernah berguru di tanah Melayu, tepatnya di Suwarnadwipa, yang kini diyakini sebagai Muaro Jambi.
Tema nasional Waisak 2025 berbunyi: “Tingkatkan Pengendalian Diri dan Kebijaksanaan, Wujudkan Perdamaian Dunia.” Sebuah pesan yang melampaui batas agama, menyeberangi ruang dan zaman. Bagi umat Buddha di Jambi, pesan ini hidup dalam napas sejarah Mahaguru Atisha.
Selama 12 tahun, Atisha menuntut ilmu di pusat spiritual Muaro Jambi. Dari bumi Melayu inilah, ia pulang membawa cahaya ajaran Dharma ke Tibet, dan kemudian menjadi tonggak kebangkitan Buddhisme di Asia Tengah.
“Waisak di Candi Kedaton bukan hanya seremoni, tapi pernyataan bahwa Jambi adalah bagian dari peradaban dunia,” ujar panitia penyelenggara.
Ritual Waisak akan dimulai sejak pukul 07.00 WIB, mencakup puja bakti, meditasi bersama, prosesi pradaksina (mengelilingi candi), dan pelepasan lampion. Sejumlah bhikkhu dari Thailand, Myanmar, dan Indonesia dijadwalkan hadir.
Waisak juga menjadi momentum silaturahmi antar-wihara di Sumatera serta ruang lintas budaya, terbuka untuk umum sebagai ajakan menjaga harmoni dan toleransi.
Pusat perayaan berada di Candi Kedaton, salah satu dari 82 situs dalam kawasan percandian Muaro Jambi, kompleks Buddhis terbesar di Asia Tenggara. Situs ini diyakini sebagai sisa kejayaan Kerajaan Melayu-Kedah dan Sriwijaya.
Waisak tahun ini tak hanya membangkitkan spiritualitas, tetapi juga mendorong pelestarian warisan budaya. Pemerintah Provinsi Jambi menjadikan perayaan ini sebagai bagian dari kampanye spiritual heritage tourism, sekaligus mendukung pengusulan Muaro Jambi sebagai Warisan Dunia UNESCO.
Dalam dunia yang terus dilanda konflik dan ketegangan, Waisak 2025 dari Jambi membawa pesan yang relevan: damai dimulai dari dalam, dari pengendalian diri, kebijaksanaan, dan welas asih.
Dari batu-batu bisu Candi Kedaton, umat Buddha menyalakan lentera harapan: bahwa kearifan dari masa lalu bisa menjadi pelita bagi masa depan.(*)
Add new comment