Harga Sawit di Jambi Naik, Petani Dapat Angin Segar Meskipun Kenaikan Tipis

Jambi – Kabar baik datang untuk para petani kelapa sawit di Provinsi Jambi. Harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit kembali mengalami kenaikan, meskipun tipis. Berdasarkan hasil rapat tim penetapan harga sawit Provinsi Jambi untuk periode 11-17 Oktober 2024, harga TBS sawit usia 10-20 tahun naik sebesar Rp 62 per kilogram (Kg), menjadi Rp 3.283 per Kg.

Kenaikan harga ini disambut positif oleh para petani, meski dianggap belum terlalu signifikan. Fluktuasi harga sawit yang sering terjadi sebelumnya membuat petani berharap akan stabilitas harga yang lebih baik di masa mendatang.

Berikut adalah rincian harga TBS sawit di Provinsi Jambi berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Jambi:

• Sawit umur 3 tahun: Rp 2.570/Kg
• Sawit umur 4 tahun: Rp 2.737/Kg
• Sawit umur 5 tahun: Rp 2.864/Kg
• Sawit umur 6 tahun: Rp 2.984/Kg
• Sawit umur 7 tahun: Rp 3.059/Kg
• Sawit umur 8 tahun: Rp 3.124/Kg
• Sawit umur 9 tahun: Rp 3.185/Kg
• Sawit umur 10-20 tahun: Rp 3.283/Kg
• Sawit umur 21-24 tahun: Rp 3.183/Kg
• Sawit umur 25 tahun: Rp 3.036/Kg

Selain itu, harga minyak sawit mentah (CPO) juga mengalami perubahan dengan harga CPO yang ditetapkan pada Rp 13.752,34/Kg. Sedangkan harga Kernel berada di angka Rp 9.591,00/Kg dengan indeks K sebesar 93,42%.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kenaikan harga sawit ini termasuk peningkatan permintaan pasar dan fluktuasi harga CPO di pasar global. Meskipun kenaikannya hanya sedikit, tetap ada potensi bahwa harga TBS sawit bisa terus naik di masa mendatang, terutama jika permintaan terhadap produk sawit meningkat.

Kenaikan harga ini memberikan secercah harapan bagi para petani sawit di Jambi yang kerap menghadapi tantangan ekonomi akibat harga komoditas yang fluktuatif. Meskipun kenaikan ini belum begitu signifikan, petani setidaknya bisa mendapatkan keuntungan lebih baik yang mendukung usaha perkebunan mereka.

Ke depan, petani berharap harga TBS sawit dapat terus meningkat untuk menjaga kesejahteraan mereka dan menjaga stabilitas sektor perkebunan yang menjadi tulang punggung ekonomi di wilayah Jambi.(*)